Bisatani.com, Propaquizafop – Persiapan lahan serta perawatan lahan merupakan hal wajib dan menjadi rutinitas yang dilakukan oleh para petani. Mulai dari persiapan lahan sampai masa panen lahan harus terus dirawat dan dijaga kebersihannya. Bukan hanya itu, kebersihan lahan ini juga akan berdampak terhadap tingkat serangan hama. Karena ada beberapa tanaman pengganggu seperti gulma atau rumput liar yang menjadi inang atau tempat bersembunyi bagi hama tanaman.
Gulma atau tumbuhan pengganggu sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai menam tanaman budidaya. Ternyata yang dimaksud gulma bukan hanya tanaman yang merugikan bagi tanaman budidaya tetapi juga tanaman yang belum diketahui manfaatnya juga merupakan gulma. Oleh sebab itu, jika ada tanaman yang mengganggu tanaman budidaya bisa dikategorikan sebagai tanaman pengganggu dan bisa merugikan. Karena boleh jadi gulma juga mencuri nutrisi yang ada dalam tanah yang ditujukan untuk tanaman budidaya.
Hal yang mempengaruhi pertumbuhan gulma
Jenis hama yang tumbuh di lahan budidaya biasanya menyesuaikan kondisi lahan. Gulma yang tumbuh di lahan tegal atau perkebunan berbeda jenisnya dengan lahan sawah. Jenis gulma yang tumbuh pada dataran tinggi lebih banyak daripada yang tumbuh pada dataran rendah. Akan tetapi jumlah individu yang tumbuh pada dataran tinggi lebih sedikit daripada di dataran rendah. Menurut habitatnya gulma terdiri dari jenis gulma agrestal, gulma padang rumput, gulma ruderal, gulma hutan, gulma air dan gulma lingkungan.
Pertumbuhan dan penyebaran gulma juga dipengaruhi oleh kondisi tanah. Berikut kondisi tanah yang bisa mempengaruhi pertumbuhan gulma:
-
Tingkat keasaman (pH) tanah
Derajat keasaman atau pH tanah lebih menentukan jenis gulma yang tumbuh di suatu lahan dibandingkan kelas iklim. Jenis gulma seperti Rumex acetosella dan Pteridium spp pertumbuhannya lebih dominan dibanding jenis gulma yang lain. Jika kondisi tanah (pH) lebih tinggi atau basa, gulma jenis Taraxacum officinale, Polygonum spp, Salsola kali, Attriplex spp dan Disticjilis strica tumbuh dengan sangat baik. Kebanyakan gulma dapat tumbuh pada kondisi pH yang lebih tinggi, berbeda dengan tanaman budidaya yang lebih cocok dengan pH yang netral (6-7).
-
Tekstur tanah
Yang dimaksud dengan teksur tanah adalah kondisi kemampuan tanah dalam menahan air yang diperlukan oleh tanaman. Tekstur tanah juga menentukan jenis gulma yang dapat tumbuh. Pada tekstur tanah yang berpasir, jenis gulma Tribulus lerrestris dan Euphorbia spp bisa tumbuh dengan dominan karena tekstur tanah ini kurang dapat menahan air. Untuk tekstur tanah berat yang mampu menyimpan air dalam jumlah banyak, sangat cocok untuk jenis gulma Sorghum halepense. Sedangkan pada tekstur tanah yang lembab, jenis gulma Echinochloa colona dan Fimbristylis milliacea yang akan tumbuh dengan optimal.
-
Kondisi unsur hara tanah
Kondisi unsur hara pada tanah juga mempengaruhi jenis gulma yang akan tumbuh. Untuk jenis gulma Stellaria spp dan Desmodium pertumbuhannya akan tertekan pada tanah dengan kandungan Phospor dan Kalium yang rendah. Sedangkan untuk jenis gulma Ipomaea, Clotalaria, Cassia dan Carolina spp sangat toleran dengan kondisi tanah yang kandungan fosfornya rendah. Sementara untuk jenis gulma Rumex spp dan Plantago tumbuh dengan baik pada tanah dengan kalium rendah.
Mengedalikan gulma dengan herbisida Propaquizafop
Ada banyak cara untuk mengendalikan gulma pada lahan budidaya, seperti secara manual yaitu membersihkan gulma dengan cara dicabut atau dicangkul dan diambil jika pada lahan air dan sawah. Ada yang memasang plastik bedengan agar mengurangi ting pertumbuhan dan perkembangan gulma. Kemudian pengendalian secara kimiawi atau menggunakan herbisida.
Penggunaan herbisida merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh petani karena dirasa paling cepat dan akurat serta efisien dalam waktu. Ada herbisida yang bekerja secara kontak, sistemik dan juga keduanya. Untuk yang kontak biasanya kinerjanya lebih cepat karena membasmi gulma bagian atas atau daun contohnya seperti herbisisda berbahan aktif Parakuat Diklorida. Untuk yang sistemik bekerja dengan cara membasmi gulma sampai ke akar-akarnya seperti herbisida berbahan aktif glifosat . Biasanya untuk yang kontak gulma akan cepat mati tapi pertumbuhan gulma baru lebih cepat daripada yang sistemik, sedangkan untuk sistemik gulma akan mati lebih lama tapi pertumbuhan gulma baru lebih lama daripada yang kontak.
Tetapi ada juga herbisida yang unik, yaitu herbisida yang bekerja secara selektif yaitu mampu bekerja dengan cara memilih mana gulma dan mana yang tanaman budidaya. Herbisida ini termasuk yang minim resiko karena herbisida yang tidak bersifat selektif jika mengenai tanaman utama akan membuat tanaman budidaya gosong, layu bahkan mati. Propaquizafop merupakan bahan aktif herbisida sistemik yang bekerja secara selektif.
Cara kerja herbisida berbahan aktif Propaquizafop
Bahan aktif pada herbisida ini biasanya digunakan pada tanaman yang agak rapat atau digunakan untuk mengendalikan gulma yang terlalu dekat dengan tanaman budidaya. Oleh karena itu, ketika dalam penyemprotan petani tidak perlu memberikan jarak aman agar tidak mengenai tanaman budidaya. Petani juga tidak perlu susah-susah mencabut gulma yang terlalu dekat dengan tanaman budidaya. Herbisida ini bisa langsung dispray saja pada seluruh gulma dan jika mengenai tanaman budidaya, tanaman tidak akan gosong, layu atau mati. Hanya gulma saja yang akan mati.
Propaquizafop ini merupakan herbisida sistemik purna tumbuh. Setelah diaplikasikan bahan aktif ini juga akan terserap melalui akar dan daun lalu ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman gulma. Pertumbuhan dan perkembangan gulma akan terhenti dalam 3-4 hari dengan ciri-ciri matinya jaringan muda pada gulma. Kemudian gulma akan mati dalam 10-20 hari.
Dosis dan cara penggunaan herbisida berbahan aktif Propaquizafop
Untuk merk dagang herbisida berbahan aktif Propaquizafop yang ada dipasaran adalah Agile 100 EC. Agile 100 EC ini diproduksi oleh PT Royal Agro Indonesia. Dengan kandungan dosis Propaquizafop 100 g/l, Agile 100 EC biasa diaplikasikan pada tanaman budidaya berikut :
-
Bawang merah
Gulma berdaun lebar (Phyllanthus debilis), gulma berdaun sempit (Echinocloa colona, Digitaria ciliaris, Leptochloa colona), teki (Cyperus rotundus). Lakukan penyemprotan dengan dosis 300-600 ml Agile untuk setiap 1 hektar lahan.
-
Kacang tanah
Gulma berdaun lebar (Commelina diffusa), gulma berdaun sempit (Cynodon dactylon, Echinochloa nodosa, Leptochloa chinensis), teki (Cyperus rotundus). Lakukan penyemprotan dengan dosis 300-450 ml Agile untuk setiap 1 hektar lahan.
-
Kedelai
Gulma berdaun sempit (Cynodon dactylon, Echinochloa colona). Lakukan penyemprotan dengan dosis 450-600 ml Agile untuk setiap 1 hektar lahan.
-
Kelapa sawit
Gulma berdaun lebar (Ageratum conyzoides, Borreria alata), gulma berdaun sempit (Axonophus compressus). Lakukan penyemprotan dengan dosis 1-1,5 liter untuk setiap 1 hektar lahan.
Demikian penjelasan mengenai jenis gulma serta herbisida selektif berbahan aktif Propaquizafop. Semoga bermanfaat untuk petani yang baru belajar dan menambah wawasan bagi petani yang sudah berpengalaman. Ingat, selalu gunakan pestisida sesuai dosis yang dianjurkan agar tidak menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan dan alam.