Bisatani.com, Ulat Daun Kubis – Kubis merupakan salah satu jenis tanaman populer dikalangan masyarakat. Selain karena harganya yang cukup terjangkau, sayuran ini kaya akan antioksidan dan gizi yang bagus bagi tubuh. Sayuran ini juga bisa diolah menjadi bermacam-macam jenis masakan.
Kubis sangat mudah dijumpai di pasar tradisional maupun modern. Oleh sebab itu, banyak petani yang mencoba membudidayakan jenis sayuran ini. Dataran tinggi merupakan tempat yang cocok untuk menanam kubis. Karena di daerah dataran rendah ukuran krop yang dihasilkan lebih kecil daripada di daerah dataran rendah.
Bukan hanya itu di daerah dataran rendah juga tanaman lebih rentan terserang hama. Eits, belum tentu juga menanam pada daerah dataran tinggi juga terhindar dari serangan hama juga. Salah satu jenis hama yang menyerang tanaman kubis adalah ulat.
Ada banyak sekali jenis ulat yang menyerang tanaman kubis, salah satunya adalah ulat daun Plutella xylostella. Serangan hama ini bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas tanaman kubis menurun. Bukan hanya itu, serangan yang parah juga bisa menyebabkan gagal panen bagi para petani tanaman kubis.
Apa itu ulat daun Plutella xylostella? Bagaimana gejala serangannya serta bagaimana cara pengendaliannya. Terus ikuti artikel dari Bisatani.com ini untuk mengetahui informasi lebih lengkapnya.
Apa itu Ulat Kubis Plutella Xylostella?
Plutella xylostella merupakan jenis hama ulat yang biasa menyerang tanaman kubis. Hama ini juga mempunyai nama lain seperti ulat tritip, ulat klamat, atau black diamond. Mereka mulai menyerang tanaman kubis ketika masih dalam bentuk larva.
Ukuran dari larva hama ini termasuk kecil yaitu sekitar 0,33 inci, itupun sudah tergolong ukuran larva yang paling besar. Bentuk tubuh mereka memanjang, bagian tengah melebar sedangkan arah anterior dan posterior bentuknya meruncing. Pada bagian posterior terdapat dua proleg yang membentuk huruf V.
Pada fase imago yaitu ngengat tubuh mereka berwarna abau-abu sampai cokelat kelabu. Ketika sayap mereka dilipat nampak tiga buah tanda yang bergelombang yang berbentuk seperti berlian (diamond). Terkadang ada juga yang tanda yang berbentuk segitiga disepanjang punggung mereka.
Siklus Hidup Ulat Kubis Plutella Xylotella
Ulat daun kubis Plutella xylotella merupakan serangga yang bermetamorfosis dengan sempurna (holometaloba). Ada empat stadia atau siklus hidup yang dilalui hama ini yaitu telur, larva, pupa dan imago.
Imago atau ngengat betina Plutella xylotella mampu menghasilkan telur sebanyak 180 hingga 320 butir.
Telur mereka berwarna kuning kehijauan. Ngengat akan meletakkan telur mereka disekitar tulang daun dibagian bawah permukaan daun. Ada kisaran 1 sampai 6 telur dalam setiap peletakan telur.
Larva dari hama Plutella xylotella sangat mudah dibedakan dengan jenis larva hama serangga lainnya. Larva hama ini tidak memiliki garis membujur di sekitar tubuh mereka.
Hama ini mempunyai 4 perkembangan (instar) larva. Pada instar keempat, larva mencapai panjang kisaran 10-12 mm. Kepala mereka berwarna kuning muda serta terdapat bintik-bintik yang berwarna gelap. Tubuh mereka berwarna hijau muda dan terdapat bulu-bulu hitam yang tipis. Larva akan bereaksi ganas jika disentuh dan menjatuhkan diri serta membentuk benang sutera.
Memasuki fase pupa, mereka akan berdiam diri dibagian daun atau batang pada tanaman. Hama ini akan menyelimuti tubuh mereka dengan benang yang berwarna putih untuk membentuk selimut pupa. Jika diperhatikan, pupa tersebut seperti bentuk kumparan benang.
Pada fase terakhir yaitu imago atau ngengat, hama ini hanya aktif pada malam hari saja. Pada siang hari mereka hanya beristirahat, berbeda dengan fase larva yang aktif pada siang maupun malam hari.
Ngengat akan hidup dalam kisaran waktu 2 sampai 4 minggu. Total kisaran daur hidup ulat daun kubis Plutella xylostella dari telur sampai ngengat berbeda-beda tergantung ketinggian wilayah. Di daerah dengan ketinggian 250 mdpl hama ini bisa hidup sampai 12-15 hari. Sedangkan pada ketinggian 110 mdpl bisa mencapai 20-25 hari.
Ciri-ciri dan Gejalan Serangan Hama
Tingkat populasi hama Plutella xylotella biasanya meningkat semenjak tanaman kubis mencapai umur 5 minggu sampai 9 minggu dari awal tanam.
Ulat atau larva yang baru saja menetas akan langsung memakan daun tanaman yang masih muda selama 2 hingga 3 hari. Hama ini memakan daun tanpa mengkonsumsi kulit arinya. Sehingga pada daun akan terlihat noda-noda putih. Oleh sebab itu hama ini disebut juga hama putih.
Lama kelamaan kulit ari yang diserang tersebut akan mengering daunnya dan membuat daun seperti berlubang. Jika tingkat populasi hama ini semakin meningkat akan timbul kerusakan yang lebih parah. Hampir semua daun akan dikonsumsi hingga hanya terdapat tulang daun saja yang disisakan.
Biasanya serangan hama Plutella xylotella akan semakin parah pada musim kemarau, yaitu pada umur 5 hingga 8 minggu.
Ulat daun kubis akan mulai menyerang dari awal sebelum terbentuknya krop yaitu 0 sampai 49 hst. Dan akan terus berlanjut sampai fase pembentukan krop yaitu 49 sampai 85 hst.
Cara Pengendalian Hama Ulat Daun Kubis
Ada beberaca cara dalam mengendalikan serangan hama ulat Plutella xylitella :
-
Kultur jaringan
- Aturlah jarak waktu penanaman, misalnya menanam kubis pada bulan November sampai Januari.
- Lakukan rotasi penanaman dengan jenis tanaman yang bukan dari jenis kubis seperti cabai, tomat atau kentang.
-
Teknik serta fisik
- Ambil dan kumpulkan telur serta larva yang ada dilahan budidaya kubis kemudian musnahkan.
- Lakukan sanitasi lahan dari gulma agar tidak menjadi tempat bersembunyi hama.
- Lakukan pengelolaan air yang baik serta atur jarak tanam agar ada sirlukasi udara yang baik dilahan budidaya.
- Pasang perangkap lem yang mampu menarik ngengat pada lahan budidaya.
-
Pengendalian Hayati atau biologi
- Memanfaatkan musuh alami hama seperti parasit Cotesia plutella dan Diadegma semiclausum. Ada juga cendawan Zoopthora radicans.
- Membuat insketisida dengan bahan alami yang terbuat dari biji buah srikaya, biji nimba dan tembakau.
-
Pengendalian secara Kimia
Pengendalian secara kimia biasanya menggunakan insektisida berbahan aktif Asefat, Sipermetrin, Klorfenaphyr, Emamectin benzoat, Metomil, Spinetoram, Klorpirifos, dll
Ada juga insektisida biologi yang berasal dari Microba Bacillus thuringiensis. Insektisida ini tidak menimbulkan efek toxic yang rendah terhadap lingkungan, manusia dan hewan disekitarnya.
Untuk pengendalian secara kimia ini, perlu dilakukan dengan bijak. Pengendalian dengan cara ini bisa mempengaruhi ekosistem alami seperti matinya predator alami serta pencemaran lingkungan. Selalu gunakan dengan bijak dan sesuai dosis yang dianjurkan.
Semoga artikel Bisatani.com bermanfaat untuk pembaca, baik itu penghobi tanaman maupun para petani muda dan senior. Salam petani sukses…