Bisatani, Ulat krop – Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang tumbuh subur di Indonesia. Sayuran jenis ini banyak dibudidayakan petani khususnya pada daerah dataran tinggi. Selain untuk memnuhi kebutuhan sehari hari jenis sayuran ini juga menjadi salah satu komoditas ekspor.
Untuk mencukupi kebutuhan yang tinggi tersebut maka diperlukan juga produksi yang besar. Terkadang dalam proses produksi terdapat kendala seperti munculnya serangan hama dan penyakit.
Dalam budidaya tanaman kubis serangan hama ulat krop menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Serangan ulat tersebut dapat mengakibatkan sayuran menjadi gagal panen.
Pada artikel kali ini tim bisatani akan membahas salah satu hama sering menyerang tanaman kubis yaitu ulat krop. Untuk mengetahui informasi mengenai hama ulat krop langsung saja simak penjelasannya dibawah ini.
Apa itu Hama Ulat Krop
Ulat krop (Crocidolomia Pavonana) merupakan hama yang dapat dengan mudah dijumpai pada tanaman kubis. Ulat jenis ini termasuk kedalam jenis serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Mulai dari fase telur, larva, pupa hingga imago.
Telur biasanya akan diletakkan pada tepi daun, permukaan daun, dan juga bawah daun dengan berkelompok seperti genting rumah. Jumlah telur dalam setiap kelompok biasanya mencapaai 48 butir dan memiliki ukuran 2,6 – 4,3 mm. Telur akan menetas apaabila telah berumur 3 sampai dengan 6 hari.
Tahap selanjutnya telur akan menjadi larva yang memiliki warna hijau muda kecoklatan. Larva akan dengan mudah dijumpai pada permukaan bawah daun secara bergerombol. Larva dapat hidup dengan rata-rata selama 14 hari. Pada fase ini, larva akan menjadi hama dalam pertanian terutama pada tanaman kubis. Karena sering memakan daun yang mengakibatkan tanaman menjai rusak
Kemudian dari larva akan berubah menjadi imago, yang mana fase ini merupakan tahapan terakhir dalam metamorfosis. Imago ulat krop berupa ngengat kecil berwarna coklat abu-abu dan mempunyai sepasang sayap. Antara ngengat jantan dan ngengat betina mempunyai ukuran yang berbeda. Pada ngengat jantan memiliki panjang tubuh 10,4 mm sedangkan pada betina memiliki ukuran dengan panjang 9,6 mm. Ngengat merupakan hewan nocturnal karena akan lebih aktif pada malam hari.
Serangan Hama Ulat Krop
Permasalahan hama menjadi faktor penghambat yang utama dalam proses produksi tanaman. Karena dampak serangan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil produsi. Gejala serangan hama ulat ini bisanya akan terjadi pada saat kubis dalam tahap pembentukan krop. Hama ini akan memakan daun yang masih muda sampai habis.
Ulat krop menjadi salah satu jenis hama yang sangat merusak. Hama ini akan memakan daun pada bagian tengah. Hal itu akan membuat tanaman gagal dalam membentuk krop. Jika bagian tengah tanaman telah hancur kemudian larva akan pindah ke bagian ujung daun. Selanjutnya akan turun lagi dan menyerang daun yang lebih tua.
Apabila hama ini tidak dikendalikan dengan tepat akan membuat tanaman hancur seluruhnya. Karena serangan hama dilakukan secara bergerombol dan terjadi pada titik tumbuh.
Cara Pengendalian Hama Ulat Krop
Untuk mengendalikan hama ini perlu dilakukan upaya yang tepat, Agar serangan hama dapat diantisipasi dan dapat diminimalisir. Dengan tindakan yang tepat tentu dapat menjaga kualitas dan kuantitas produksi.
Berikut ini adalah beberapa cara atau metode yang dapat dilakukan sebagai upaya dalam mengendalikan hama ulat krop pada tanaman kubis.
-
Pengendalian secara biologi atau hayati
Pada metode pengendalian ini dilakukan dengan cara memanfatkan musuh alami dari hama tersebut. Pengendalian ini bisa dengan penggunaan parasitoid, Chelonus sp, dan lalat sturmia sp. Cara kerja metode ini dengan menginfeksi dari hama baik pada fase telur sampai dengan imago. Hama yang telah terparasit kemudian akan mati.
Akan tetapi kemampuan parasitoid ini masih kurang efektif apabila intensitas serangan hama tinggi. Kemampuan parasitoid masih terbilang rendah karena hanya mencapai angka 7,23 %. Sehingga kurang efektif dalam mengendalikan hama dalam jumlah yang banyak. Selain itu juga belum bisa dikembangkan lagi menjadi agen hayati dari hama ulat krop ini.
Pengendalian pada metode ini juga bisa menggunakan insektisida biologi (mikroba) seperti Bacillus thuringiensis. Penggunaan cukup disemprotkan pada tanaman yang telah muncul gejala serangan hama ulat krop . Untuk dosis pemakain juga disesuaikan dengan intensitas serangan hama.
-
Pengendalian dengan metode kultur teknis
Dengan menerapkan metode ini yang bisa disebut juga sebagai pencegahaan agar tanaman tidak terserang hama. Hal yang dapat dilakukan seperti memanam kubis pada waktu musim hujan. Biasnya pada waktu tersebut jumlah populasi ulat krop tergolong rendah.
Disamping itu juga bisa dengan menjaga agar disekeliling tanaman agar tidak ada rumput liar. Selain dapat menghambat pertumbuhan tanaman, rumput liar juga dapat digunakan sebagai tempat persembunyian dari ngengat ulat krop.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan melakukan tumpang sari dengan tanaman tomat. Pada tanaman tomat mengandung senyawa kimia yang bersifat penolak terhadap ngengat. Dengan begitu dengan sistem tumpang sari anatara kubis dan tomat dapat mengurangi serangan hama pada tanaman kubis.
-
Pengendalian dengan metode kimia
Pada metode ini pengendalian dengan menggunakan pestisida dari jenis insektisida. Pestisida jenis ini sangat mudah dijumpai dan dapat dengan mudah didapatkan pada toko pertanian terdekat. Bentuk dari insektidia ini mulai dari cair, tepung maupun butiran.
Penggunaan insektisida merupakan jenis pengendalian yang paling banyak digunakan pada saat ini. Dengan menerapkan metode ini pengendalian hama terbilang cepat dan tepat sasaran.
Ada beberapa jenis bahan aktif yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama ulat krop. Seperti bahan aktif asefat, emamektin benzoat, klorfenapir, sipermetrin, profenofos dan lain sebagainya.